Diare
dan Pengobatannya
Pada
umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik
dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun
rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak
faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan
lingkungan merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada
umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat
karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang
mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit dibawa oleh
kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun
tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit
yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih
merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia.
Diare
merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat
menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada
diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam
elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak
segera ditolong 50%-60% diantaranya dapat meninggal.
A. Pengertian diare
Menurut
WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu
penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari . Diare
akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif
terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari
satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan
diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B. Penyebab diare
Diare
terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat
ditimbulkan oleh :
1. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
2. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
3. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
4. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
5. Keracunan makanan dan minuman
6. Gangguan gizi
7. Pengaruh enzyme tertentu
8. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
1. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
2. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
3. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
4. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
5. Keracunan makanan dan minuman
6. Gangguan gizi
7. Pengaruh enzyme tertentu
8. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
C.
Penularan
Diare
Penularan
penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti:
1.
Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi,
baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2.
Bermain dengan mainan yang terkontaminasi,
apalagi pada bayi sering memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam
mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3.
Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak
memasak air dengan benar.
4.
Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak
bersih.
5.
Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah
selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
D.
Gejala
dan Akibat diare
Departemen
Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok
yaitu:
a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),
b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),
b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
d. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
b. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.
a. Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
b. Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,
c. Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.
Gejala Diare
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. Anusnya lecet
e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f. Muntah sebelum atau sesudah diare
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. Dehidrasi (kekurangan cairan)
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b. Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. Anusnya lecet
e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f. Muntah sebelum atau sesudah diare
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. Dehidrasi (kekurangan cairan)
Akibat Diare
a. Dehidrasi
a. Dehidrasi
Dehidrasi
akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat
mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak
kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak
seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung
sedikit demi sedikit. Banyak orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti
ini adalah hal biasa dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya.
Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian.
Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi
dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika
cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi
berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi
melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan
penderita sangat pucat.
b. Gangguan pertumbuhan
Gangguan
ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus
berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada
kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan
diare. Ketidaktahuan orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang
gizi pada anak, dan perubahan makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus
diare.
Pada
orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak,
dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat
disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus
merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik
dan jaringan otaknya.
E. Pencegahan Diare
Dalam
pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
1.
Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga
kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat
rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat
bermain si kecil.
2.
Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan
cara merebus air minum hingga mendidih.
3.
Sanitasi air yang bersih.
4.
Kebersihan perorangan.
5.
Cucilah dengan sabun sebelum dan makan,
mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung
dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan
kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum
makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk si kecil.
6.
Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC,
toilet, jamban).
7.
Tempat buang sampah yang memadai yaitu
memisahkan sampah kering dengan yang basah
8.
Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
9.
Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
1.
Menyediakan makanan yang higienis
2.
Mencuci tangan dengan sabun
3.
Menutup makanan
4.
Memasak air sampai mendidih, dll.
F.
Pengobatan
diare
Obat-obat
yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa:
1. Kemoterapi
2. Obstipansia
3. Spasmolitik
4. Probiotik
1. Kemoterapi
2. Obstipansia
3. Spasmolitik
4. Probiotik
Sebelum
diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare ialah
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi)
terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan
kematian. Gejala dehidrasi :
1. Haus
2. Mulut dan bibir kering
3. Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
4. Berkurangnya air kemih
5. Berat badan menurun dan
6. Gelisah
1. Haus
2. Mulut dan bibir kering
3. Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
4. Berkurangnya air kemih
5. Berat badan menurun dan
6. Gelisah
Pertolongan
yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :
a. NaCl 3,5 gram
b. KCl 1,5 gram
c. NaHCO3 2,5 gram
d. Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
a. Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
b. Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
a. NaCl 3,5 gram
b. KCl 1,5 gram
c. NaHCO3 2,5 gram
d. Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
a. Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
b. Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
Setelah
itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab
diare melalui pemeriksaan yang teliti.
1.
Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide atau antibiotic
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide atau antibiotic
2.
Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
a. Menekan peristaltic usus (loperamid)
b. Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lender usus yang luka
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
a. Menekan peristaltic usus (loperamid)
b. Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lender usus yang luka
3.
Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)
4.
Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus
dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik
yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan
pH usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri
pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi,
mencegah diare.
Contoh
Obat Generik Untuk Diare : K L-Astartate, Loperamide Hcl, Nifuroxazid, Racecordil, Dioctahedral Smectite
Contoh
Obat Paten Untuk Diare : Dialet, Entrostop,
Diapet, Aspar, Kimodium, Lodia, Nifudiar.
Contoh Obat Diare lainnya : Ace
Maxs, daun jambu biji, Daun Kayu Putih,
Kunyit.
Categories:
0 komentar:
Posting Komentar